Pages

Tenaga Pendidik SDN Sidomulyo 04

Sukimantara (Guru Kelas 4), Sri Uniyati, S.Pd. (Guru Kelas 5), Kurrotun AF, S.Pd. (Guru Kelas 3), Lufi Nuridahyanti (Guru Kelas 1), Nurholis Faturohman (Guru PAI), Dra. Tinuk Sapartinah (Kepala Sekolah), Lilik Andayani (Guru Kelas 2), Dra. Suyatni (Guru Kelas 6), T. Antonius (Guru PAK)

Rehabilitasi Gedung APBNP 2012

Pada tahun 2012 SDN Sidomulyo 04 mendapatkan Dana Rehabilitasi Kelas dari APBNP 2012.

Kepala SDN Sidomulyo 04

Dra. Tinuk Sapartinah, sebagai Kepala Sekolah senantiasa memberikan "tausyiah" bagi guru dan siswa, untuk mencapai Visi dan Misi Sekolah.

Pemutaran Film Perjuangan Nabi SAW

Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, pada tanggal 26-01-2013, SDN Sidomulyo menyelenggarakan nonton bareng film tentang perjuangan Nabi SAW dan para sahabat pada awal-awal dakwah Islam.

Antusias Siswa dalam Kegiatan Sekolah

Para siswa sangat antusias dalam setiap kegiatan yang diselengarakan oleh sekolah. Apalagi dalam peringatan Maulid Nabi SAW, siswa mengaku sangat senang dengan acara yang berbeda dari biasanya tersebut.

Jumat, 28 September 2012

INITIAL


 











Oleh: Sukimantara
 
PGRI juga singkatan initial
Namun bukan ala kadarnya
Muncul seiring kemerdekaan negeri ini
Roh perjuangan terasa terpatri
Melekat antara jiwa dan pengabdian

Aku mesti paham itu................
Sehingga tak kuplesetkan yang mestinya tak terjatuh
Tak kuganjal yang mestinya berjalan tegak
Aku dan kamu satu
Satu kaitan rantai kokoh
Tak aus ditimpa panas
Tak lekang tergerus zaman

Kita berjalan di bawah payung kebesaran
Semakin kita kembangkan bersama
Semakin teduh, menyejukkan......

Sekolah Cerdas Serana Peradapan Masa depan

Oleh: Nurholis Faturohman, S.Pd.I.
Sumber: http://gusholis.blogspot.com/
 
Sekolah pada hakekatnya adalah lembaga formal yang melakukan pengembangan kreativitas kultural dengan menyiapkan kader-kader bangsa di masa depan. Sekolah memandang siswanya bukan sebagai gelas kosong yang harus diisi, tetapi sekolah harus mampu menempatkan siswanya sebagai bibit unggul yang beraneka ragam. Sekolah bukan sebagai pabrik yang hanya berorientasi pada produk/hasil yang berupa barang, tetapi sekolah merupakan sebuah komunitas. Hal ini berarti bahwa sekolah terdiri dari berbagai komponen yang saling mempengaruhi dan memiliki ketergantungan serta interaksi dalam membangun serta mewujudkan kader-kader manusia unggul, yang mampu menempatkan dirinya dalam memainkan peranan kehidupan, bukan menempatkan dirinya sebagai bagian yang menjadi sampah masyarakat ataupun sebagai kerikil-kerikil penghambat kemajuan zaman.
Sekolah tidak akan ada jika tidak ada siswa, hal ini berarti bahwa siswa sebagai pelanggan utama harus menjadi sorotan utama dalam pelaksanaan penyelenggaraan sekolah. Kondisi siswa dalam lingkup persekolahan berasal dari berbagai latar belakang suku, ras, agama dan kebudayaan, sehingga sekolah harus mampu mengakomodir segala kebutuhan dari siswa yang beraneka ragam tersebut. Kenyataannya sekarang sekolah hanya dipandang sebuah lembaga formal yang mentransfer pengetahuan saja, tanpa adanya transfer nilai-nilai multikultural. Transfer nilai-nilai multikultural berarti bahwa sekolah sebagai media dalam memberikan berbagai pemahaman-pemahaman kepada siswa bagaimana sebuah keragaman dapat menjadi sebuah potensi yang nyata, serta bagaimana sekolah mampu menjadi komunitas pelaksanaan dalam pemberdayaan keragaman menuju sebuah generasi-generasi yang memiliki semangat persatuan dan kesatuan yang tinggi.
Untuk menciptakan sebuah genearasi unggul/sumber daya manusia yang berkualitas serta berdaya saing, sekolah harus mampu menciptakan sebuah kultur sekolah yang positif untuk mendorong tujuan dari sekolah tersebut. Stolp & Smith (1994), mengemukakan bahwa kultur sekolah adalah pola makna yang dipancarkan secara historis yang mencakup norma, nilai, keyakinan, seremonial, ritual, tradisi, dan mitos dalam derajat yang bervariasi oleh warga sekolah. Sekolah yang tidak berorientasi pada pembangunan kulltur sekolah yang positif dan penuh dengan nilai-nilai positif pula, semakin lama akan banyak ditinggalkan oleh masyarakat.