Pages

Tenaga Pendidik SDN Sidomulyo 04

Sukimantara (Guru Kelas 4), Sri Uniyati, S.Pd. (Guru Kelas 5), Kurrotun AF, S.Pd. (Guru Kelas 3), Lufi Nuridahyanti (Guru Kelas 1), Nurholis Faturohman (Guru PAI), Dra. Tinuk Sapartinah (Kepala Sekolah), Lilik Andayani (Guru Kelas 2), Dra. Suyatni (Guru Kelas 6), T. Antonius (Guru PAK)

Rehabilitasi Gedung APBNP 2012

Pada tahun 2012 SDN Sidomulyo 04 mendapatkan Dana Rehabilitasi Kelas dari APBNP 2012.

Kepala SDN Sidomulyo 04

Dra. Tinuk Sapartinah, sebagai Kepala Sekolah senantiasa memberikan "tausyiah" bagi guru dan siswa, untuk mencapai Visi dan Misi Sekolah.

Pemutaran Film Perjuangan Nabi SAW

Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, pada tanggal 26-01-2013, SDN Sidomulyo menyelenggarakan nonton bareng film tentang perjuangan Nabi SAW dan para sahabat pada awal-awal dakwah Islam.

Antusias Siswa dalam Kegiatan Sekolah

Para siswa sangat antusias dalam setiap kegiatan yang diselengarakan oleh sekolah. Apalagi dalam peringatan Maulid Nabi SAW, siswa mengaku sangat senang dengan acara yang berbeda dari biasanya tersebut.

Selasa, 27 November 2012

Dirgahayu PGRI Ke-67

SDN Sidomulyo 04- Hari Guru yang diperingati setiap tahun pada tanggal 25 Nopember, tidak cukup sekedar memperingatinya secara seremonial, tetapi lebih dari itu, harus dijadikan momentum untuk refleksi dan reintrospeksi atas peran menjadi seorang guru.

Pilihan untuk menjadi guru tentu saja bukan tanpa alasan. Guru adalah profesi yang telah ada semenjak peradaban manusia itu ada. Bahkan guru menjadi salah satu penjamin keberlangsungan peradaban. Jika pilihan untuk menjadi guru itu tetap dijalani hingga kini, tentu saja karena atas dasar idealisme dan kecintaan.
Meski akhirnya harus diakui, bahwa masih ada dilemma antara idealisme/kecintaan dengan kesejahteraan, Ironi yang cukup lama bertahan mengenai sosok kehidupan seorang guru, dimana mereka harus menjalani hidup pas-pasan dan terkadang harus terseok-seok untuk bisa bertahan hidup, diri dan keluarganya. Namun, ironi tersebut kini perlahan-lahan mulai pupus ketika pemerintah memberi perhatian melalui alokasi anggaran negara untuk sektor pendidikan, sebagai upaya memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945, yaitu dengan mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari total jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sekarang ini, problematika guru pada tataran perjuangan meningkatkan kesejahteraan, mulai teratasi. Menjadi guru bukan lagi pilihan yang dilematis melainkan sebuah pilihan yang prestisius. Antara idealisme, kecintaan dan kesejahteraan kini bisa berjalan berdampingan. Guru kini dapat berjalan dengan tubuh tegak dan penuh kebanggaan. Bahkan melalui program sertifikasi, profesi profesi guru kemudian jadi pilihan dan incaran. Perguruan tinggi yang menyediakan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP), kini mulai diserbu ribuan pendaftar. Bahkan sarjana-sarjana dari jalur non kependidikan , kini mendaftar pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Tujuannya utamanya : Menjadi Guru. Apakah karena pertimbangan idealisme, ataupun semata-mata peningkatan kesejahteraan yang menjanjikan ? Entahlah.
Semenjak penetapan guru sebagai profesi pada peringatan Hari Guru Nasional tahun 2004 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah dan masyarakat memosisikan profesi guru sangat terhormat, baik secara formal maupun sosial, Penetapan ini diharapkan menjadi tonggak awal bangkitnya apresiasi pemerintah dan masyarakat terhadap profesi guru, yang ditandai dengan dilakukannya reformasi profesi guru, meliputi peningkatan kualifikasi dan kompetensi, program sertifikasi, pemberian penghargaan, perbaikan kesejahteraan dan perlindungan hukum.
Adanya peningkatan kesejahteraan bagi guru, tidak luput memunculkan kekhawatiran bergesernya orientasi ketika memilih profesi guru. Berlomba-lombanya orang untuk meraih profesi guru, semata-mata hanya karena janji pemerintah untuk memberikan penghargaan materi yang tinggi, dikhawatirkan melahirkan tenaga pendidik yang mengajar tanpa filosofi, idealisme dan kecintaan yang transenden (suci).

Rabu, 07 November 2012

PTK (Classroom Action Research)

SDN Sidomulyo 04- Dalam dunia pendidikan, PTK atau Classroom Action Research semakin dirasakan manfaatnya baik untuk perbaikan maupun peningkatan mutu pembelajaran di kelas. Pertanyaan yang kemudian muncul, pernahkah bapak/ibu guru memikirkan untuk mencoba PTK? Atau yang lebih ringan pernahkah bapak/ibu guru membaca laporan hasil PTK? Atau membantu teman guru melaksanakan PTK? Tentu kita tidak mengharap terjadi jawaban dari bapak/ibu yaitu belum sama sekali atau tahu saja baru sekarang. PTK memang masih dirasa asing oleh sebagian besar guru kita, terutama guru SD. Oleh karena, itu agar guru dapat melakukan PTK dengan benar maka perlu mengenal dan memiliki pengetahuan yang cukup dan gambaran yang jelas tentang penelitian ini.
Baca Selengkapnya >>